Rabu, 26 Februari 2014

CEO Path : Pengguna Indonesia Nomor 1 di Dunia

Jejaring sosial asal Amerika Serikat, Path, yang tengah naik daun semakin membetot perhatian publik belakangan ini. Selain karena platform yang bersifat lebih eksklusif, membatasi jumlah teman di jaringan maksimal 150 orang, nama Path semakin sering disebut-sebut setelah Bakrie Global Group membeli sebagian saham Path, awal Februari lalu.

Meski belum tersebut angka investasi Bakrie Global Group di Path, Chief Executive sekaligus pendiri Path, Dave Morin mengklaim saham yang dibeli perusahaan Aburizal Bakrie itu kurang dari satu persen. Morin pun menyatakan bila investasi itu tak mempengaruhi jumlah pengguna Path di Indonesia. “Pengguna Path di Indonesia tetap yang nomor satu di dunia,” ujar Dave Morin.

Melalui saluran Skype, Cornila Desyana, Mandy Tazkia Siddharta, dan Satwika Movementi dari Tempo berbincang dengan Dave Morin pada Jumat, 21 Februari 2014. Berikut petikannya.

Tanya (T): Apa yang mendorong Anda membangun Path?
Jawab (J): Dulu saya bekerja di Facebook. Ketika itu, saya melihat bila saya tidak bisa menggunakan Facebook untuk berkomunikasi dan berbagi dengan teman dekat atau keluarga. Karenanya saya ingin membangun jaringan sosial yang rancangannya mengutamakan keluarga, teman dekat, dan kerabat.
Dalam beberapa tahun terakhir sebagian besar media sosial mendorong penggunanya untuk mempublikasikan berbagai hal ke khalayak banyak, termasuk orang yang tak begitu dikenal. Jadi saya pikir, ada peluang untuk Path.
T: Apa filosofi dari Path?
J: Mempererat hubungan dengan orang-orang dekat, keluarga, serta kerabat. Agar pengguna Path bisa lebih dekat dengan orang yang mereka sayang.
T: Apakah karena filosofi itu, Anda membatasi lingkar pertemanan hanya 150 orang?
J: Ya.
T: Apakah pembatasan pertemanan itu menjadi strategi utama Anda juga, untuk bersaing dengan platform lain?
J: Ya, itu bagian dari strategi. Kami percaya bila membatasi pertemanan hingga 150 bisa meningkatkan rasa percaya antar pengguna Path.
T: Bagaimana cara Anda menentukan batas pertemanan di angka 150?
J: Kami memilih angka 150 berdasarkan penelitian dari Profesor Robin Dunbar, dari Oxford University. Dunbar menyatakan, 150 adalah jumlah hubungan sosial yang dapat dikelola otak manusia dengan baik, sepanjang waktu.
T: Apakah ada kemungkinan batas pertemanan di Path meningkat?
J: Kami selalu mendengarkan keinginan pengguna Path. Termasuk mengekplorasi ide meningkatkan batas pertemanan.


~iyahlah banyak, setiap ada sosmed baru pasti coba, dan sosmed Indonesia gak laku(gak banyak yang minat). Hampir semua punya Path, mulai anak SMP sampai dewasa juga punya Path.
#miris

Perusahaan Indonesia Abaikan Sistem Keamanan IT

Riset lembaga International Data Corporation (IDC) bertajuk "Future Workspace" menyebutkan perusahaan di Indonesia masih mengabaikan sistem keamanan teknologi informasinya. Bahkan perusahaan di Indonesia menjadi negara dengan tingkat kesadaran paling rendah di wilayah Asia Pasifik.

"Setiap perusahaan hanya menganggarkan kurang dari 10 persen untuk sistem keamanan, dari total anggaran teknologi informasi," kata Associate Director and Head of Operations IDC Indonesia, Sudev Bangah, di Jakarta, Selasa, 25 Februari 2014.

Dia menyebutkan kebanyakan perusahaan masih sebatas menggunakan peranti lunak antivirus untuk melindungi datanya. Menurut Sudev, idealnya suatu perusahaan menganggarkan setidaknya 30 persen dari total anggaran teknologi informasi untuk memperketat sistem keamanannya.

Apalagi, saat ini karyawan di suatu perusahaan kebanyakan mengakses pekerjaan melalui perangkat bergerak pribadi. Hal tersebut berpotensi meningkatkan ancaman terhadap keamanan data perusahaan, di antaranya melalui virus dan malware.

Sudev mengatakan tingkat kesadaran sistem keamanan teknologi informasi perusahaan di Indonesia diprediksi tidak banyak mengalami perubahan di tahun depan. Sedangkan pada 2016, terdapat sedikit peningkatan menjadi sekitar 10 persen dari total anggaran teknologi informasi.

Faktor yang menyebabkan minimnya tingkat kesadaran tersebut karena perusahaan dinilai lebih berfokus membeli peranti lunak yang dianggap menguntungkan bagi perusahaan. "Perusahaan juga cenderung menganggarkan dana besar untuk belanja perangkat keras," katanya.

Meski demikian, menurut Sudev, tingkat kesadaran juga bergantung dari kebijakan perusahaan. Riset IDC ini dilakukan terhadap 384 perusahaan berskala besar di Tanah Air sepanjang 2013.


~itu makanya sistem Indonesia gampang dibobol negara lain. :D